- Back to Home »
- h mutahar , paskibra »
- H. Muthohar: Bapak Paskibra Indonesia
Posted by : blogger ndeso
Wednesday, August 10, 2016
Dulu saat kecil saya mengira "H" yang ada di depan Nama beliau adalah kependekan dari 'Haji'. Ternyata saya salah dan baru tahu bahwa "H" itu merupakan kependekan dari Husein. Jika beliau hidup zaman sekarang mungkin beliau sudah mendapat gelar masyarakat : Habib/Sayyid karena memang beliau min-dzurriyyatur Rasul, keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar. Melihat dari sejarah keturunan beliau kita bisa belajar banyak mengenai nilai luhur bahwa: nusantara kita patut dan wajib dicintai oleh para penduduknya tanpa melihat latarbelakang nenek moyangnya.
Sehingga saya sangat heran jika melihat penduduk yang bernenek moyangkan asli nusantara dimasa sekarang malah tidak menginginkan adanya negara Indonesia dan tidak mengakui keberagaman dan perbedaan, mengharamkan upacara dan hormat kepada bendera merah putih karena pemahaman agama yang sangat dangkal. (Tidak setuju adanya negara islam bukan berarti menolak ajarannya dan tidak bisa mengamalkan ajarannya).
Berikut Sekilas tentang Biografi Beliau :
Perjuangan dan Kecintaan Tanah Air H. Mutahar
H. Mutahar merupakan Bapak Paskibra dan juga penyelamat bendera pusaka saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan, dalam kondisi genting pada tahun 1946 sebelum Presiden Sukarno ditangkap Belanda dan diasingkan ke pulau bangka Presiden mengamanatkan kepada H. Mutahar yang saat itu sebagai ajudan berpangkat mayor untuk membawa dan menyelamatkan bendera pusaka meski meski menaruhkan nyawa. Karena H. Mutahar juga salah seorang ajudan Presiden Soekarno , H. Mutahar sadar bahwa beliaupun juga menjadi incaran penangkapan tentara Belanda saat itu. dan Penangkapan H. Mutahar itupun benar-benar terjadi.
Sebelum penangkapan terjadi H. Mutahar dengan sangat cerdiknya memisahkan merah dan putihnya sang saka dengan menarik pelan-pelan benang pengikat antara kain merah dan kain putih kemudian memasukkannya terpisah ke dalam 2 koper yang berisi baju. Saat H. Mutahar ditangkap dan ditahan di Semarang bendera pusaka tidak sampai di sita oleh tentara belanda. Tidak lama setelah penangkapan H. Mutahar berhasil melarikan diri dan membawa bendera pusaka menuju jakarta dengan menaiki kapal laut dari semarang. Saat sampai di Jakarta beliau menemui utusan Presiden Sukarno untuk menyerahkan kembali bendera pusaka yang sebelumnya telah disatukan lagi merah dan putihnya.
Saat upcara pengibaran bendera dalam rangka HUT Indonesia yang pertama pada tahun 1946 H. Mutahar mempunyai pemikiran bahwa pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia.
Pada tahun 1967, sebagai direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka. Tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal. Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kecintaan H. Mutahar terhadap Indonesia tak hanya tertulis dalam sejarah mengenai perjuangan beliau namun juga banyak hymne yang beliau ciptakan yang sangat melekat hingga sekarang yaitu, salah satunya lagu syukur dan lagu hari merdeka.
Wafatnya Bapak Paskibra
H. Mutahar meninggal dunia pada usia 88 tahun, pada 9 juni 2004. Wasiat beliau sebelum meninggal beliau ingin dimakamkan dengan tatacra dan tempat orang biasa dengan cara islam. Mengingat beliau adalah pahlawan perjuangan dan berhak untuk dimakamkan di Pemakaman Pahlawan kalibata dengan upacara pemakaman negara. Dari tanah kembali ke tanah , Sang Pahlawan berpulang dengan meninggalkan banyak pelajaran, bagi para penerus bangsa. Hujan tangispun mengiringi kepergiannya.
Selamat jalan Pahlawanku.